Sound Horeg Ganti Nama Jadi Sound Karnaval Bikin Heboh Warga dan MUI

Perubahan nama dari sound horeg ganti nama menjadi sound karnaval ramai dibicarakan di berbagai media sosial dan pemberitaan online. Istilah “sound horeg” sebelumnya sering dikaitkan dengan volume suara ekstrem, dentuman bass berlebihan, dan hiburan jalanan yang kadang tak mengenal waktu. Kini, dengan nama baru yang terdengar lebih ‘resmi’, muncul pertanyaan dari publik: apakah perubahan nama ini cukup untuk menyelesaikan masalah yang ada?

Istilah sound horeg sendiri sudah populer sejak bertahun-tahun lalu di berbagai daerah, terutama di Jawa Timur dan sekitarnya. Ia sering digunakan untuk merujuk pada aktivitas memutar musik keras lewat sound system besar yang biasanya diiringi musik dangdut, remix, atau house koplo. Kegiatan ini kerap menjadi bagian dari arak-arakan atau pesta rakyat, tapi juga menuai keluhan karena dianggap mengganggu warga sekitar.

Dalam perkembangannya, istilah “horeg” yang identik dengan kebisingan akhirnya dinilai kurang cocok. Beberapa tokoh masyarakat, termasuk dari MUI Jawa Timur, menilai bahwa pergantian nama tidak serta merta menghilangkan persoalan utama yaitu kebisingan dan potensi gangguan. Maka, artikel ini akan membahas lengkap perubahan nama tersebut, alasan di baliknya, hingga respons dari berbagai pihak.

Awal Mula Istilah Sound Horeg Populer di Masyarakat

Sound horeg awalnya muncul sebagai istilah yang digunakan secara informal oleh komunitas musik jalanan dan warga yang menggelar acara karnaval atau hajatan. Kata “horeg” merupakan plesetan dari kata “horror” dan “greget”, mencerminkan dentuman bass yang sangat keras dan nuansa pesta yang memekakkan telinga. Dalam praktiknya, sound ini bisa terdiri dari belasan speaker aktif besar dan genset portable.

Biasanya, sound horeg digunakan dalam berbagai kegiatan seperti pawai budaya, sunatan massal, hingga acara malam 17 Agustus-an. Namun, karena volume suara yang sangat keras, sering kali menimbulkan keluhan dari warga sekitar, terutama jika berlangsung di permukiman padat atau sampai larut malam.

Rekaman sound horeg pun kerap viral di TikTok dan YouTube karena menampilkan nuansa pesta rakyat yang khas, lengkap dengan tarian jalanan dan iringan dangdut remix yang menggema sepanjang rute arak-arakan. Tidak heran jika banyak yang mengoleksi kumpulan sound horeg sebagai bagian dari konten hiburan daring.

Alasan Resmi Sound Horeg Ganti Nama Jadi Sound Karnaval

Ketua paguyuban pelaku hiburan jalanan mengonfirmasi bahwa istilah “sound horeg” kini resmi diubah menjadi “sound karnaval”. Langkah ini diambil untuk mengurangi stigma negatif yang melekat pada istilah sebelumnya. Harapannya, dengan nama baru, kegiatan ini bisa lebih diterima masyarakat dan diatur lebih baik oleh pihak penyelenggara.

Menurut pemberitaan Kompas dan Detik, alasan utama perubahan nama ini bukan hanya sekadar kosmetik, tapi juga bagian dari pendekatan persuasif terhadap warga. Ketua paguyuban menyampaikan harapan agar setelah perubahan nama ini, tidak ada lagi kegaduhan atau konflik sosial antara pelaku sound system dan warga sekitar.

Namun, tanggapan dari berbagai kalangan masyarakat tetap terbagi. Ada yang mendukung karena menilai ini langkah awal menuju tertibnya penggunaan sound system, tapi tak sedikit pula yang menganggap perubahan ini tidak menyentuh akar persoalan. Bahkan, MUI Jawa Timur menyatakan bahwa walau istilah berubah, jika praktiknya tetap mengganggu, maka tetap patut dikritik.

Respons Masyarakat dan Tokoh Agama Soal Perubahan Nama

MUI Jawa Timur menyampaikan respons cukup tegas terkait fenomena sound horeg ganti nama ini. Mereka menyatakan bahwa gangguan bukan berasal dari istilah, tapi dari perilaku pelaksanaannya. Jika suara tetap bising dan dilakukan tanpa memperhatikan waktu serta lingkungan, maka tetap tidak bisa dibenarkan.

Dalam wawancara di media, MUI bahkan menyamakan perubahan ini dengan praktik mengganti nama hal yang haram agar terlihat halal. Analogi ini menjadi kontroversial, tapi juga menunjukkan kekhawatiran bahwa masyarakat bisa terjebak pada eufemisme yang menyesatkan. Dengan kata lain, pergantian nama tidak otomatis membuat praktiknya menjadi benar atau diterima.

Sementara itu, beberapa netizen menyambut baik perubahan ini, terutama dari komunitas penyuka sound system. Mereka berharap dengan nama baru, akan ada perbaikan regulasi dan panduan teknis seperti batas desibel suara atau jam operasional. Bahkan sudah mulai muncul playlist kumpulan cek sound dangdut kalem full bass horeg yang menyesuaikan dengan preferensi lebih ramah telinga.

Pengaruh Media Sosial dalam Populerkan Sound Horeg

Salah satu alasan sound horeg menjadi viral dalam beberapa tahun terakhir adalah karena dukungan dari media sosial. Banyak konten kreator mengunggah video kompilasi cek sound dangdut bass glerr full album mp3 yang diputar melalui sound system jalanan. Tak jarang, suara bass menggema hingga beberapa blok dan mengundang rasa penasaran masyarakat luas.

Platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube menjadi sarana promosi sekaligus dokumentasi dari fenomena ini. Tagar seperti #SoundHoreg #CekSoundDangdut #HoregBass bahkan pernah masuk daftar trending di beberapa kesempatan. Inilah yang kemudian mendorong pertumbuhan komunitas pecinta sound system lokal.

Namun, viralitas ini juga membawa konsekuensi. Banyak konten sound horeg dianggap terlalu berlebihan dan tak jarang membuat publik tidak nyaman. Beberapa video bahkan menampilkan aksi tidak pantas yang kemudian dikritik oleh tokoh masyarakat dan aparat. Maka dari itu, perubahan nama menjadi sound karnaval diharapkan juga dibarengi perubahan etika dalam penyelenggaraannya.

Masa Depan Sound Karnaval di Tengah Aturan Ketat

sound horeg ganti nama

Dengan adanya perhatian dari media dan lembaga keagamaan, tampaknya sound karnaval harus segera beradaptasi. Pemerintah daerah dan komunitas pelaku hiburan diharapkan bisa menyusun regulasi yang jelas tentang batasan penggunaan sound system dalam ruang publik. Termasuk menetapkan standar teknis, zona operasional, dan edukasi kepada pengguna.

Perubahan istilah menjadi sound karnaval bisa menjadi pintu masuk ke arah yang lebih baik. Jika pelaku bisa menjaga kualitas suara, memperhatikan waktu, dan menghormati lingkungan sekitar, maka hiburan ini bisa tetap hidup sebagai bagian dari budaya lokal tanpa merugikan pihak lain.

Beberapa pelaku bahkan sudah mulai menggunakan teknologi pengendali suara dan sound limiter agar tidak menimbulkan gangguan. Ini bisa jadi solusi jangka panjang agar sound karnaval tetap bisa eksis dan dicintai, tanpa harus terus-menerus menimbulkan kontroversi.

FAQ

1. Apa itu sound horeg?
Istilah untuk sound system dengan volume tinggi dan bass ekstrem yang biasa digunakan dalam acara arak-arakan atau pesta rakyat.

2. Mengapa namanya diganti menjadi sound karnaval?
Untuk mengurangi stigma negatif dan membuat praktiknya lebih tertib serta bisa diterima masyarakat luas.

3. Apakah dengan pergantian nama, masalah kebisingan selesai?
Belum tentu. Masalah utama adalah praktik di lapangan, bukan semata-mata pada istilah.

4. Apa reaksi MUI terkait perubahan nama ini?
MUI Jatim tetap mengkritik jika praktik sound tetap mengganggu, meskipun namanya diganti.

5. Apakah sound karnaval legal?
Tergant

Subscribe

Related articles

Cara Menghitung Weton Jodoh Dengan Sisa Neptu Menurut Primbon Jawa

Dalam tradisi Jawa, salah satu cara untuk mengetahui kecocokan...

Bagaimana Bila Shalat Subuh Kesiangan Penjelasan Lengkap Hukum dan Tata Cara Qadha

Banyak umat Islam yang sering bertanya-tanya bagaimana bila shalat...

Apakah Shio Kerbau Bisa Kaya Ramalan Rezeki Karier Dan Kehidupan Tahun 2025

Pertanyaan besar yang sering muncul menjelang tahun baru adalah...

Sifat Shio Kambing Wanita Dalam Kehidupan Sehari Hari

Shio kambing dikenal sebagai salah satu zodiak Tionghoa yang...

Contoh Judi Slot Online yang Harus Diwaspadai dan Cara Mengenalinya

Dalam era digital seperti sekarang, banyak game dan aplikasi...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here